Instinct of a man [part 5]

Title : Instinct of a man
Author : A.Y..P

Cast : Kim Myungsoo (INFINITE)

• Bae Suzy (MISS A)

Genre : Romance, School-life, comedy
Length : chapter

Annyeong…… aku putusin buat nulis short per chapternya tapi aku ushain postnya cepet. Oke ini, aku buat saat pertandingan sepak bola indonesia vs korea. ternyata.. korea mainnya kasar. out of topic bgt tapi asli kasar. syukur deh kalah. YeY!!
Mau ngingetin.. PLEASE DO COMMENT. nnti pasti ada protect.annya. makasi 🙂

Author’s POV

Myungsoo baru saja melepas helm dari kepalanya, ia mengambil nafas dalam-dalam dan dihembuskan perlahan kepalanya bergerak menyusuri setiap inchi halaman sekolahnya. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas membentuk senyuman nakal saat samar-samar ia melihat sosok yeoja dengan rambut coklat dibiarkan terurai begitu sja.

Myungsoo menatappantulan dirinya dicermin. Diacak-acak rambutnya untuk menambah kesan berantakan lalu merapihkan kerah kemeja putihnya. Dan terakhir senyum nakal yang menjadi andalannya. “Kau akan jatuh padaku segara, Bae Suzy.” Ia turun dari motornya dan berbalik untuk menghampiri Suzy yang berjalan sambil menundukkan kepala tidak menyadari keberadaanya Myungsoo yang tinggal beberapa dari dirinya berdiri.

Tangan Myungsoo bertengger manis di pundak Suzy, lengannya melingkari pundak Suzy ringan. Merasa pundaknya mendapat beban Suzy mendongak. Seketika itu juga bibirnya mengatup sempurna. Aroma mint Myungsoo yang menjadi kelemahannya selama ini juga tercium. Sangat.

“Hey, manis” sapa Myungsoo sembari mengacak-acak rambut Suzy. Ia tersenyum melihat reaksi Suzy yang membeku. Tangan satunya lagi terangkat untuk merapikan poni panjang Suzy yang tidak berantakan sama sekali. Well..hal kecil dapat membuat hati seorang yeoja luluh,bukan? Buktinya jantung Suzy sedang berlompat-lompat tidak teratur. Entahlah, kata sederhana bermakna banyak untuk seorang gadis, ‘kau cantik’ ‘kau terlihat mengesankan hari ini’ ‘kau yang terbaik’ ‘Kau yang paling bersinar diantara yang lain’. Sekarang, jika kalian diperlakukan seperti itu, akankah hati kalian akan tetap seperti batu? Sepertinya tidak.

Suzy mengerjapkan matanya beberapa kali dan medehem tidak jelas. “Ya! angkat tanganmu di pundakku sekarang” perintah Suzy tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada Myungsoo. Myungsoo tersenyum sedangkan hati Suzy mencelos. Senyum itu. Dan bibir itu. Mau tidak mau pikirannya melayang kembali pada mimpi menjijikkannya itu saat dimana Myungsoo menciumnya tepat di bibir sedangka ia diam tidak menolak. Tolong jangan lupakan bahwa kejadian itu hanya terjadi di dalam mimpi.

Myungsoo mengangkat lengannya yang bertengger di pundak Suzy. “Baiklah, aku tidak akan melawan permintaan yeoja cantik sepertimu” Myungsoo malah mencolek dagu Suzy seraya tersenyu lebar. Suzy tertawa kecil lalu kakinya melayang sempurna dan berhenti di tulang kering Myungsoo. Bukankah ini pernah terjadi sebelumnya?

“Ya! Kau tidak tahu betapa sakitnya tendanganmu itu. Ahh.. jinja” Myungsoo sedikit membungkuk untuk mengusap kakinya yang menjadi korban kekerasan dari kaki Suzy. Dia yeoja atau apa? Kuat sekali. Suzy ingin membalas ucapan Myungsoo ketika sebuah suara menahan suaranya di tenggorokan.

“Hey Myungsoo” dua orang yeoja baru saja tersenyum pada Myungsoo disertai lambaian tangan. Deretan gigih putih dimiliki kedua gadis itu menambah kesan sempurna. Myungsoo sedikit mendongak, kemudia menegakkan tubuhnya. Melambai singkat “Kalian berdu sangat cantik pagi ini” ucap Myungsoo.

Hati Suzy mencelos. Well, sekarang ia tahu rasanya jatuh. Benar-benar sakit. Bodoh. Untuk apa ia merasa tersentuh dengan perkataan yang Myungsoo ucapkan pertama kali saat bertemu dengannya pagi itu. Itu bukan lagi kalimat baru dalam kamus Myungsoo. Setiap hari lelaki itu menggucapkan hal itu berulang kali. ‘Kau cantik’ adalah dua kata pembuka dalam percakapan. Iya, seperti itu.

Pandangan Myungsoo sekarang kembali pada Suzy yang menatapnya jengkel. “Apa? Tanyanya polos. Memangnya ia membuat kesalahan?

Suzy menggeleng cepat. “Tidak ada” setelah itu Suzy meninggalkan Myungsoo yang masih menatap Suzy dengan pandangan bertanya. Ia menggaruk tengkuknya bingung. Dua detik kemudian ia baru menyadari.

“Hey, Gadis cantik dengan rambut coklat yang terurai indah. Apakah kau cemburu?” teriak Myungsoo. Ada tawa disana. Sial.

“Pergilah ke dokter Kim Myungsoo”

*****

                Sungyeol baru saja duduk di kursi kantin di hadapan Myungsoo. Lelaki itu melahap kentang gorengnya tanpa jeda, tetapi kedua matanya menatap Myungsoo dengan makna. Ia benar-benar penasaran. Siapa target Myungsoo sekarang? Sudah berhasil? Secepat itu? Well, jika kau melihat senyum Myungsoo yang mengembang dan terpancar tiada henti itu berarti Myungsoo sedang dalam keadaan senang. Haruskah ia memberi ucapan selamat?

“Siapa dia?” Tanya Sungyeol to the point. Dimasukkan 3 potongan kentang tipis ke dalam mulutnya. Myungsoo tidak melepaskan pandangan dari ponselnya.

“Apa?”

“Yeoja itu. Targetmu. Siapa dia?”

Myungsoo diam beberapa saat. “Aku tidak mengerti maksudmu.” Sungyeol melemparkan satu potong kentangnya kearah Myungsoo.

“Teruslah mengelak. Siapa yeoja malang itu?”

Kali ini Myungsoo mendongak dan senyum nakal. Ibu jari dan telunjuknya bermain di ujung dagu berlagak seperti orang berfikir ditambah satu mata yang menyipit. “Seorang teman”

“YA!”

Myungsoo tertawa. Bukankah ini menyenangkan? serasa di atas angin sekarang. Ia yang memegang kendali sekarang. “Ia duduk di depanku. Akan kutunjukkan jika kita bertemu dengannya. Tapi ingat, dia targetku”

“Cih, kau yakin dia sudah jatuh padamu”

“Entahlah, sepertinya begitu. Tidak ada yang bisa mengelak dari pesona Kim Myungsoo”

Sungyeol melahap kentang terakhirnya dan menyeruput jus guavanya “Terdengar sangat menjijikan”

*****

                “Suzy, apa yang sedang kau pikirkan?” Na Young melambaikan telapak tangannya di depan wajah Suzy. Suzy tersadar lalu menggeleng pelan. Jinhwan menggeret kursi siswa lain hingga berhenti di samping kiri Suzy.

“Kau bosan?” Tanya Jinhwan sembari tersenyum dengan jemari memetik senar gitar.

“Apa? Ah, tidak. Hanya.. mengantuk” elak Suzy. Ia mempunyai bakat baru, berbohong. Berbohong saat dia mengatakan tidak bosan dan juga berbohong saat mengatakan ia mengantuk saat di pikirannya hanya ada satu nama. Sial. Rasanya ia ingin memperkecil ukuran kakinya dan menendang nama Kim Myungsoo jauh-jauh dari pikirannya.

Tiba-tiba Jin ki masuk ke dalam kelas dengan langkah tergesa-gesa dengan kertas berukuran A3 digenggamannya. Apa itu? Di tempelkan poster putih itu di papan tulis sehingga siswa-siwi kelas Suzy dapat melihatnya dengan leluasa.

Pentas seni drama yang bertemakan cerita dongeng.

Beberapa siswa menghela nafas kecewa. Mereka menginginkan pesta dansa dengan topeng dibanding Pentas seni drama. Yang benar saja. Siapa yang mengusulkan hal konyol seperti ini? Tenanglah, tidak semua siswa berpikiran negative tentang event yang satu ini. Buktinya siswa perempuan yang dipimpim Na Young sedang gencar-gencarnya memilih ceritanya yang menurut mereka pantas dijadikan drama mini. Dan pemainnya

“YA! Sunny, menurutmu cerita apa yang menarik?”

“Bagaimana dengan Alice in wonderland?”

Na Young mengerutkan dahinya. “Yang ratu pendek jelek itu? Aniya aniya, terlalu merepotkan?”

“Bagaimana dengan… Cinderella?” saran Sunny lagi.

“Aniya aniya..”

Sunny memukul lengan Na Young pelan. “Kau pilih senderi. Menyebalkan”

Na Young bergidik ngeri sekaligus meringis meminta maaf, bukan itu maksudnya “Bagaimana dengan.. Snow white and Then seven dwarfs?”

“Kurcaci yang pendek-pendek itu? Darimana kita mendapat kurcaci?”

“YA! Gunakan otakmu untuk berfikir. Kita bisa menyuruh mereka-mereka menekuk lutut mereka dan berjalan menggunakan lutut. Molla?” Na Young menunjuk beberapa siswa yang sedang melempar bola di kelas. Merepotkan.

“Baiklah-baiklah. Tahan emosimu.” Bora menepuk pundak Na Young perlahan. “Lalu siapa yang menjadi dua tokoh utamanya?”

Na Young kembali memutar otaknya. Dilemparkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas mencari temannya yang berparasa cantik. Sebenarnya ia bisa menjadi tokoh utaman wanita hanya saja ia tertarik menjadi sutradaranya. Haha, bukankah ini mengangumkan? Ia bisa menyuruh mereka melakukan apa saja sesuai dengan keinginanya. Berpelukan, makan berpelukan. Berkelahi,maka berkelahi. Berciuman, maka berciuman. Otaknya memang kelewat jenius. Dan ia tahu. Kalian tidak perlu menyanjungnya, okey?

Pandangannya berhenti pada dua orang di sampingnya sejak daritadi, tetapi tidak ikut menyeruakan pikiran mereka malah bermain gitar dan bernyanyi bersama. Suzy sedang membawa gitar yang diletakkan dipangkuannya sedangkan Jinhwan membantu Suzy dalam meletakkan jari Suzy untuk menahan senar-senar gitar. Suzy dalam melakukan satu jenis kunci gitar, lalu keduanya tersenyum. Tangan Jinhwan terulur untuk merngacak-acak rambut Suzy.

Hey, ia sudah mendapat dua tokoh utama untuk drama kelas.

“Dua tokoh utama akan jatuh pada Jinhwan dan Suzy” jawab Na Young ringan. Dan untuk selanjutnya memilih 7 kurcaci, seorang pengawal, dan ibu sihir…. Sunny kau menjadi… Bora… Jin Ki….”

****

                Na Young memblokir pintu kelas mereka. Ia berdiri tegak menantang Myungsoo yang memaksa ingin keluar dari kelas karena bel pulang telah berbunyi. Tapi disini lain Na Young ingin menyampaikan hasil kerja kerasnya selama istirahat berlangsung.

“Bisakah kau duduk sebentar? Aku tidak akan  menyampaikan sesuatu tidak lebih dari 10 menit. Cepat kembali ke bangkumu” pinta Na Young tegas. Myungsoo mendengus tetapi tetap mengikuti ucapan Na Young. Myungsoo menendang kaki meja sebelum berbalik menuju mejanya.

Na Young berjalan ke tengah kelas dengan membawa selembar kertas kecil. Hasil dari diskusi mininya.Suzy duduk dengan tenang dengan memakasi earphone di satu telinga dan satunya lagi di telingan Jinhwan. Mereka sedang mendengarkan beberap lagu yang mereka cover di waktu istirahat. Tidak buruk. Myungsoo menatap kabel putih earphone di depannya hanya diam dan membuang muka. Tangannya gatal untuk menarik kabel putih sialan itu.

“Ehem..” Na Young mengatur suaranya sesaat. “Mungkin beberap dari kalian sudah mengetahui tentang informasi ini. Akan dilangsungkan sebuah pentas mini drama untuk angkatan kita yang bertema cerita dongeng. Dan kita sudah melakukan diskusi dalam pemilihan cerita dan pemainnya”

Myungsoo menatap Na Young. Penasaran dengan lanjutan ucapan gadis menyebalkan itu menbaikan untaian kabel di depannya. “Kita memilih Snow white and seven dwarfs”

Terdengar sorak gembira dari murid siswa lelaki. “Bukankah ada adegan ciumannya? Cepat katakana siapa pemeran utama perempuannya” pinta Changjo tak sabaran. Myungsoo sedikit menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat reaksi dari teman-temannya itu.

“Untuk pemeran wanitanya… Bae Suzy”

Dan seketika itu juga suasana kelas menjadi riuh. Terdengar suara tepuk tangan yang cukup riuh dari arah belakang. Mereka semua mendaftarkan diri untuk menjadi pemeran lelakinya. Bahkan siswa yang awalnya tidak senang dengan event ini pun ingin mengambil bagian untuk menjadi tokoh utama.

Menarik, batin Myungsoo. Ia menegakkan punggungnya. Ingin segara tahu siapa pemeran lelaki itu.. Mungkin akan jatuh pada dir—

“Kim Jinhwan” Ucap Na Young lantang. Mengubah kericuhan menjadi ketenangan. Begitu juga dengan Myungsoo. Ia tidak membuka suara hanya menatap Suzy dan Jinhwan yang saling menatap dengan pandangan kosong, lalu keduanya tertawa. Apan-apaan.

“YA! Tidak bisakah aku saja yang menjadi pemeran utamanya?” Tanya Jaebum.

“Bagaimana dengan aku?”

“YA!, kau pendek. Lebih baik aku saja”

“YA! YA! Sudah diputuskan bahwa Suzy dan Jinhwan yang menjadi tokoh utamanya” ucap Na Young lantang mebuat semua mulut para namja itu menutup rapat apalgi jika kalian melihat kedua bola matanya yang melotot ingin keluar.

Myungsoo mendengus. Sial.

“Myungsoo, kau menjadi pengawal”

“Aku tidak tertarik dalam mengambil bagian” jawab Myungsoo dingin. Suzy dan Jinhwan memutar tubuh mereka untuk menatap Myungsoo.

“YA! waeire?”

“Myungsoo-ah, tidak bisakah kau mengikuti apa yang Na Young perintahkan?” pinta Suzy pelan. Myungsoo ganti menatap Suzy.

“Jika kau mau menerima peranmu terimalah, tidak perlu memaksaku” dengan itu Myungsoo bangkit menarik ranselnya kasar, kemudian melenggang keluar dari kelas dengan langkah lebar. Suzy tertegun di tempat duduknya. Ia tidak pernah mendenger Myungsoo berkata padanya dengan nada seperti itu. Pertama kalinya dan itu membuatnya takut. Entahlah, hanya tatapan yang Myungsoo berikan tadi sangat menakutkan.

“Mungkin suasana hatinya sedang jelek. Nanti aku coba berbicara lagi padanya” akhirnya Na Young membuka suara dan melanjutkan membaca hasil keputusannya.

*****

                Setelah melesat pergi dari perkumpulan mini kelasnya, Myungsoo langsung berjalan menuju tempat pakir sepeda motornya. Entah apa yang merasuki dirinya, tapi memikirkan bagaimana Suzy akan berciuman dengan Jinhwan membuatnya kesal.

Mungkin terdengar konyol, tapi demi apapun ia menahan diri untuk tidak mengecup lembut bibir Suzy setiap pandangan matanya tertuju pada bibir gadis itu. Ia bisa saja mecium Suzy saat mereka bertemu pertama kali seperti yang ia lakukan pada yeoja lainnya. Tapi ia juga tidak tahu mengapa dirinya menahan nafsunya untuk tidak menyentuh gadis itu. Hanya perkataan manis yang dapat ia lakukan untuk menarik perhatian gadis itu. Ia tidak ingin nafsu yang berjalan dan mengendalikan dirinya. Ia ingin perasaannya yang sesungguhnya yang berjalan dan menggerakkan hati gadis itu. Sekali lagi, bukan nafsu.

Dan nafsu yang selama dua bulan ini ia tahan itu akan hancur karena event sialan ini. Melihat bagaimana mereka berbagi earphone sudah memuakkan baginya. Entahlah, ia tidak pernah merasakan hal seperti sekarang ini ketika melihat yeoja-yeoja berbicara dengan namja lain. Sedangkan dalam kasus dengan tersangka Bae Suzy ini berbeda. Rasanya ia ingin menangkup wajah Suzy dan mengalihkan padangan Suzy ketika yeoja itu menatap seorang namja. Hanya bertatap muka. Gila, bukan?

Atau Mungkin, karena rencananya itu. Melihat bagaimana polosnya Suzy sehingga ia tidak ingin melukai hati gadis itu ketika ia mencampakkannya. Ia tidak tahu, tapi ia akan berpegang teguh pada pemikirannya yang terakhir. Benar. Ia hanya menjaga hati gadis itu saja.

Tetapi mereka akan berciuman… arrgghh.. ia menendang kaleng minuman tak tentu arah.

Dari arah berlawanan Soojung bersama teman-temannya berjalan lengkap dengan ransel mereka. “Myungsoo?” panggil Soojung saat melihat namjanya berjalan di depannya tetapi tidak menatap dirinya sedetik pun. Ia menyuruh teman-temannya untuk berjalan terlebih dahulu. Ia berbalik untuk menyusul Myungsoo.

“Myungsoo?” panggilnya sekali lagi sembari menyelipkan lengannya di lengan Myungsoo. Myungsoo sedikit menoleh ke samping lalu menunduk melihat lengan Soojung yang melingkar manis di lengannya.

“Jung Soojung”

“Ne?”

“Mari kita hentikan semuanya disini” ucap Myungsoo dingin sembari menarik lengannya kasar dan melanjutkan langkahnya.

“Mwo?” Soojung tertegun menatap punggung Myungsoo yang menjauh. Lelaki itu bahkan tidak mengucapkan maaf.

“Nappeun nom”

Ia kira perlakuan Myungsoo padanya dengan gadis lain berbeda. Ia piker ia dapat mengubah sifat Myungsoo. Ternyata Myungsoo tetaplah nappeun namja. Sialan.

-TBC-