Someday / Ficlet

 

Author: Han Hyomi

Length: Ficlet

Genre: Romance

Main Casts:

–          Bae Suji/ Suzy miss A

–          Kim Myungsoo/ L Infinite

–          Kim Doyeon (u know who she is :p)

 

 

 

Cast milik semua pihak yang berwenang, author hanya berhak atas ide cerita dan story line

***

 

Cerita ini terinspirasi dari rumor heboh (musibah) yang menimpa Myungsoo. Saya tau, ada banyak FF yang bermunculan dan mengangkat tema yang berasal dari rumor itu. Tapi disini, saya mencoba menuliskan dari sudut pandang yang berbeda.

Enjoy your reading!

***

 

 

*Author POV*

 

Gadis berambut lurus sebahu itu membetulkan letak kacamata hitamnya yang tebal. Jemarinya meremas tas tangan yang ia bawa. Berbagai macam rasa memenuhi hatinya saat ini, terutama rasa gugup. Apa yang akan dikatakan oleh namja itu padanya? Mungkin ia akan sangat marah. Ya, pria itu pasti akan memarahinya.

Pria yang menurut pelayan restoran yang sangat tertutup ini, tengah menunggunya dibalik ruangan yang kini gagang pintunya tengah ia genggam dengan ragu.

“agasshi?”

Pelayan dengan setelan jas rapi yang ternyata masih berdiri disampingnya itu menatapnya bingung.

“eoh..Gamsahamnida, kau bisa pergi sekarang” ucapnya dengan nada sedikit angkuh. Pelayan itu menunduk sekilas dan kemudian berbalik pergi.

\”fighting Kim Doyeon!” gumamnya sebelum kemudian menarik gagang pintu hingga terbuka.

 

 

 

 

*Kim Myungsoo POV*

 

“From: my Sunshine

Oppa, kau sudah tiba di Korea? Aku merindukanmu…”

 

Sudut-sudut bibirku tertarik keatas membentuk senyuman membaca deretan huruf yang terpampang dilayar smartphone ku. Ahh… aku juga merindukanmu chagiya…

Jemariku bergerak dengan cepat membalas pesannya.

“To: my Sunshine

Ne chagiya, kita bertemu di tempat biasa? Jam 10, otte?”

 

Senyum dibibirku memudar saat mendengar gesekan pintu yang terbuka. Seorang yeoja dengan kecantikan yang tidak akan membuatku terpesona, melangkah dan lalu duduk dengan melipat kakinya didepanku. Privat restoran yang kami datangi ini memang memiliki konsep Japanese yang tidak hanya terbatas pada makanannya tapi juga lengkap dengan meja berkaki pendek dengan bantal-bantal sebagai alas duduk.

“maaf membuatmu menunggu”

Ucap gadis itu dengan nada ceria dan senyum lebar yang dibuat-buat. Aku tidak langsung menjawabnya dan hanya menatap matanya intens seakan mengulitinya. Aku tau ia tak nyaman dengan tatapanku.

“apa kau sering kemari? Aku tak tau ada restoran yang sangat menjaga privacy pengunjungnya seperti ini”

Aku masih mengacuhkannya hingga getaran dari ponselku mengalihkan tatapan tajam mematikan yang aku layangkan padanya

“From: my Sunshine

Arraseo oppa ^^”

 

Tanpa kusadari aku kembali tersenyum. Ahh, yeoja ku itu memang mampu membuatku selalu tersenyum bahkan hanya dengan membaca dua kata dari pesan yang ia kirimkan.

 

 

 

 

*Author POV*

 

Kim Doyeon mengerjapkan matanya beberapa kali. Baru kali ini ia melihat pria dingin itu tersenyum begitu hangat. Tiba-tiba ia merasa begitu iri pada siapapun orang yang baru saja mengirimkan pesan pada Myungsoo.

“aku tak pernah tau kau juga memiliki senyum yang hangat selain untuk fans mu” ucapnya tanpa sadar.

Myungsoo mengangkat wajahnya yang sedikit tertunduk dan kembali menatap Doyeon tajam. Hilang sudah senyum yang beberapa saat yang lalu sempat menghiasi wajah tampannya.

“pesanlah” ucap pria itu singkat. Jemarinya meraih gelas keramik berisi teh hijau didepannya dan membawanya kebibirnya.

Kim Doyeon menelan ludahnya dan menatap bibir tipis merah yang begitu menggoda didepannya itu. Fikirannya kembali berkelana dengan liar. Membayangkan bagaimana rasanya jika bibir merah milik pemuda itu menempel dibibirnya.

Hhh…tak salah memang, jika ia begitu tergila-gila pada namja yang berumur lebih muda darinya itu. Satu bulan ini segala macam cara telah ia lakukan untuk menarik perhatian dan mendekatkan diri pada namja yang memiliki marga yang sama dengan dirinya itu. Namun semuanya tak membuahkan hasil seperti yang ia inginkan. Hingga ia nekat melakukan hal gila itu, hal yang kini membawanya berada dalam sebuah ruangan kotak yang tidak begitu besar ini dan hanya berdua dengan pria menawan yang menjerat hatinya. Diam-diam, alih-alih menyesal, ia  justru bersyukur atas perbuatannya.

Dan seakan bisa membaca jalan fikirannya, namja itu kembali menatapnya tajam

“neo haengbokhae?”

“n-ne?”

“menghancurkan karir yang sudah susah payah kubangun, apa kau bahagia dengan itu?” Myungsoo menyipitkan matanya.

“a-aku…”

Doyeon meremas buku menu yang entah sejak kapan telah ia pegang. Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Matanya seakan terhipnotis, menatap kelam bulatan mata sipit namja didepannya yang menatapnya datar dengan emosi yang sulit ditebak. Jika seperti itu, name stage ‘L’ tampak benar-benar cocok melekat didiri Myungsoo

“gomawo..”

“ne??”

Singkat, satu kata yang meluncur dari bibir Myungsoo itu membuat Doyeon terperangah. Apa ia tak salah dengar? Namja itu mengucapkan terima kasih atas perbuatan nekatnya yang bisa menghancurkan kerja keras pria itu selama ini?

“waeyo? Kau tak marah?”

“marah? Tentu saja”

“lalu? Kenapa kau berterima kasih?” Doyeon tak mampu menutupi rasa penasarannya.

“aku marah karena kau membuat banyak orang salah paham dan bahkan tak sedikit dari fans ku meninggalkan ku. Tapi dari pada rasa marah, rasa terima kasih ku mungkin lebih besar” Myungsoo tersenyum sinis. Ia kembali meneguk cairan pahit dalam gelas keramiknya.

“w-wae?”

“berkat tingkah konyol mu itu, kau berhasil melindungi seseorang dari tatapan jeli kamera para wartawan. Noona” namja itu menyebutkan kata ‘noona’ pada kalimatnya dengan penekanan

“m-mwo? Apa maksudmu? Aku tak mengerti”

“yeojaku. Berkat tindakanmu itu, kau memposisikannya dalam posisi yang sangat aman. Daripada karir ataupun imageku, aku lebih perduli pada karir dan image yeojaku itu”

Kalimat yang meluncur lancar dari bibir Myungsoo, kembali membuat Doyeon terperangah. Dan kali ini kedua matanya melotot tak percaya.

Yeojaku? L? namja itu, benarkah ia telah memiliki kekasih?

Kim Doyeon mengerjapkan matanya berkali-kali. Sesak memenuhi seluruh rongga dadanya. Bagaimanapun juga, ia benar-benar menyukai namja dingin ini.

“nugu?”

“kau tak perlu tau. Aku tak akan membiarkanmu menyerangnya dimanapun atau bahkan sekedar di jaringan social media, seperti yang kau lakukan pada Han Boreum” Myungsoo tersenyum mengejek.

“aku pergi dulu, yeojaku menunggu ku sekarang. Sekali lagi gomawo. Pesanlah apa saja yang kau suka, aku mentraktirmu kali ini.” Myungsoo berdiri dan kembali mengenakan topi hitam dan kacamatanya yang memiliki warna senada.

“pertemanan kita, cukup sampai disini. Ah, dan jangan coba-coba melakukan hal gila ini lagi. Noona..” ucapnya dengan nada mengancam.

Kim Doyeon terpaku ditempatnya, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia tau, pria itu tidak tengah berbohong atau tengah bermain-main dengan ucapannya. Suara pintu yang ditutup menyadarkannya. Dan butiran-butiran bening seakan berlomba untuk keluar dari kedua matanya.

“arrgghhh!!! Sial!!”

Pekiknya lalu menyambar cangkir teh yang tadi di gunakan Myungsoo dan melemparkannya kedidinding hingga hancur berkeping-keping.

***

 

 

 

*Kim Myungsoo POV*

 

Hembusan angin musim gugur yang dingin menyambutku saat aku keluar dari mobil. Kurapatkan jaket hitam dan topiku sambil sesekali menoleh kesegala arah. Waspada, ya waspada. Aku tak mau yeoja yang aku cintai terkena scandal yang bisa merusak karirnya.

Sosok yang aku rindukan itu terlihat berdiri dengan tenang menatap gemerlap lampu-lampu yang berkerlap-kerlip disepanjang aliran sungai Han.

Meskipun menatapnya dari belakang seperti ini, mataku masih sanggup mengenalinya dengan sangat baik. Rambut panjang bergelombangnya yang kini berwarna coklat kemerahan itu tertlihat bergerak searah tiupan angin. Cantik.

Tergesa aku berjalan menghampirinya, tak sabar untuk segera menuntaskan rasa rindu yang memenuhi segala penjuru rongga dadaku.

“mianhae, aku terlambat…”

Kupeluk tubuh ramping itu dari belakang seraya menghirup aroma khas parfum yang bercampur harum rambutnya yang begitu kukenal.

“oppa? Neo waseo?” senyumnya sambil meletakkan kedua tangannya diatas telapak tanganku yang melingkar dipinggangnya.

“ne chagiya. Kau sudah lama?”

Kurasakan tubuhnya bergerak dan kini menatapku. Sepasang mata bulatnya bersinar ditengah temaram lampu hias yang menjulang di sisi kanan kami

“neo gwenchana, oppa?” jemari lentiknya menyentuh pipiku lembut

“geuromyeon”

Kugenggam tangannya yang masih bertengger manis di wajahku.

“rumor itu… aku dengar beberapa fansite mu ditutup untuk sementara”

gumamnya dengan tatapan kembali menyelidik. Gurat khawatir terpancar dari wajah cantiknya yang selalu berhasil membuat jantungku bekerja lebih cepat setiap kali memandangnya.

“gwenchana, aku justru khawatir kau akan termakan dan percaya pada rumor murahan itu”

Suzy, yeojaku itu tergelak. Jemarinya yang tadi membelai pipiku beralih mencubit hidungku

“ya!” protesku sambil memajukan bibir

“aku percaya padamu oppa. Kau tau apa yang aku lakukan ketika pertama kali membaca berita itu?”

“apa?”

“aku tertawa” yeoja ku ini kembali terkikik sambil menggelengkan kepalanya. Aku tersenyum dan membelai puncak kepalanya.

“apa kau tak cemburu padaku?”

“tentu saja aku cemburu. Tapi aku cemburu bukan karena mengira kau menjalin hubungan dengan eonnie itu”

“lalu? Apa yang membuatmu cemburu chagiya?”

“aku cemburu, karena banyak orang percaya dan mengira dia memang kekasihmu oppa” Suzy mendesah pelan lalu membuang tatapannya kearah kelam riak sungai Han. Senyum di wajahnya hilang.

Aku kembali menyisipkan kedua lenganku dipinggangnya dan memeluknya erat. Ku cium helaian rambut beraroma strawberi itu dengan sayang.

“aku ingin, orang-orang mengetahui bahwa kau adalah namjaku. Milikku”

Kuputar tubuhnya hingga kembali menghadap kearahku

“apa kau kira aku tak ingin semua orang mengetahui bahwa, nation first love ini adalah milik ku?” ku kecup bibir merahnya sekilas. Membuat pipi bulat yang kini terlihat sedikit tirus miliknya merona.

“oppa…”

“bersabarlah ne? jangan berbuat hal itu lagi yang bisa membahayakan kerja kerasmu”

“maksud oppa?” Suzy mengerutkan keningnya

“ayolah, aku tau maksud tulisan yang kau posting di twitter mu beberapa hari yang lalu” ku kedipkan mataku menggoda

Suzy terkekeh geli.

“mian, waktu itu aku benar-benar tengah sangat merindukanmu oppa. Tapi bukankah aku cerdas? Tidak ada yang menyadari satu kata terakhir yang sengaja ku pisah itukan?”

Aku mencibir dan mencubit pipinya gemas. “tapi aku menyadarinya nona Bae”

“memang itulah maksudku” Suzy mengedipkan sebelah matanya sambil kembali tertawa.

Kedua tanganku berpindah dari pinggangnya dan kini menangkup dikedua sisi pipinya. Aku menatap kedua matanya dengan lekat

“chagiya, aku sangat memperdulikan karir dan image mu melebihi diriku sendiri. Aku tak perduli jika aku harus tertimpa skandal seperti ini, asal itu bukan dirimu. Kau tau? Aku baru saja bertemu dan berterima kasih pada yeoja itu atas skandal yang ia ciptakan”

Suzy menatapku tak percaya

“waeyo?”

“karena berkat skandal ini, posisimu semakin aman. Tidak akan ada yang mencurigai kita”

Perlahan kedua sudut bibir Suzy terangkat, membentuk senyum yang selalu aku sukai.

“gomawo oppa, saranghae…”

“nado chagiya…” perlahan kurendahkan kepalaku hingga sejajar dengan wajahnya. Ku kecup bibirnya dengan penuh perasaan.

Lewat bibir kami yang bertemu, kami saling menyadari betapa tulus rasa yang kami miliki untuk satu sama lain.

Suatu hari nanti, ya suatu hari nanti, semua orang juga akan mengetahui tentang perasaan kita Suzy-ah. Tentang cinta dan semua pengorbanan yang kita lakukan untuk mempertahankannya.

 

-END-

 

 

“The han river is beautiful at night. It shines just like your eyes”

-Kim Myungsoo (L’s Bravo Viewtiful. Page 98-99)