On the paper *part 2*

On the paper

Title : On the paper
Author : A.Y.P
Genre : Sad, Romance, Marriedlife
Length : Chapter (short chapter)
Main Cast :
* Bae Suzy ( MISS A )
* Kim Myungsoo ( INFINITE )

Annyeoong~~ ada yang nunggu FF ini? mian, aku ngerasa gagal *kicks*. klo FFnya gak jelas, mianhae. sepertinya kurang satu part lagi. RCL ya ? 🙂 -HAPPY READING-

Suji sedang duduk di kursi tinggi yang ada di dapur. Memfokuskan pada kegiatannya yang hanya mengoleskan selai ke roti, sementara Myungsoo membuat kopi untuk dirinya sendiri, dan juga the hangat untuk Suzy. Myungsoo masih menggunakan pakaian semalam, sedangkan Suzy mengganti pakaian menjadi lebih hangat. Ia tidak enak badan hari ini. Sedikit tidak enak badan. Arrghh.. baiklah, sangat sangat lemas.

Suzy tidak ingin Myungsoo mengkhawatirkannya lebih lanjut. Sikap Myungsoo sekarang menjadi protektif. Suzy bahkan dilarang turun dari ranjang. Jika ia tidak bisa meyakinkan Myungsoo, Mungkin ia akan berbaring di ranjang seharian penuh. Jadi ia telah menggenakan lipsgloss untuk menutupi bibirnya yang juga pucat. Memaksakan senyum  manis untuk Myungsoo yang meletakkan tehnya di samping tangannya.

“terima kasih. Dan ini rotimu” suara Suzy terdengar serak di telingga Myungsoo. Memang wajah Suzy pucat, geraknya juga melamban. Lebih baik ia tidak kerja hari ini.

“kau terlihat pucat” suara Myungsoo membuat Suzy mendongak untuk menatapnya, sedangkan mata Myungsoo terpejam seraya menghirup aroma kopinya.

“tidak. Setelah minum obat aku akan sembuh. Cepatlah mandi, kau harus ke kantor. Akan kusiapkan pakianmu” Suzy hendak beranjak hari kursinya ketika suara Myungoo membuatnya terdiam di tempat.

“hari ini aku tidak akan ke kantor. Dengan keadaanmu yang pucat seperti itu, lebih baik aku menjagamu seharian ini” seulas senyum terlihat di wajah pucat Suzy.

“tidak perlu. Kau cepat mandi. Umma akan ke sini hari ini. Cepatlah”

Myungsoo diam, mengerutkan keningnya, tapi tidak berkata apa-apa. Baiklah jika gadis itu ingin ia bekerja, toh umma akan dating ke sini. Setidaknya kekhawatirannya menguap sedikit.

“setelah aku menyelesaikan sarapanku, kau juga duduk sini” Myungso menggerakan kepalanya sedikit ke arah kursi tinggi yang ada di hadapannya. Masih dengan senyum, Suzy berbalik dan berjalan ke arah Kursinya.

“apakah kau akan membuat makanan baru hari ini?”

Suzy menggelengkan kepalanya pelan “tidak. Tidak tahu. Eksperimen kemarin gagal. Makanannya hangus. Ahh.. jika saja appa tidak mengjaka bicara waktu itu, akan kubuatkan satu untukmu”

Myungsoo tersenyum mendengar celotehan Suzy yang terdengar ringan di telingganya, walaupun suara Suzy sedang serak. “baiklah” dan kau tetap akan membuatkan satu untukku walapun aku tidak memintanya, lanjut Myungsoo dalam hati.

“bagaimana dengan tehnya ? sesuai harapan ?” Tanya Myungsoo yang menyadari Suzy belum menyentuh teh buatannya sama sekali. Ayolah, ia ingin melihat reaksi gadis itu.

Suzy mengerjap sekali, dan mulai mengerti maksud Myungsoo. Ia ulurkan tangannya untuk mengambil cangkir teh, dan menyeruputnya secara perlahan. Hambar. Itulah rasanya. Bolehkah ia jujur pada Myungsoo ? “ manisnya pas. Tidak hambar” Suzy tersenyum dan mulai menyeruput teh hangat itu lagi. Setidaknya iahrus berakting jika teh ini benar-benar nikmat,bukan ?

“oh ya?” suara Myungsoo terdengar kaget. “ Padahal aku tidak memasukan gula sebutir pun di teh itu. bagaimana rasanya menjadi manis ? kopiku juga pahit. Tidak ada gula. Aku tidak tahu dimana kau meletakannya. Jadi katakan padaku bagaimana teh itu menjadi manis ?”

Suzy terdiam. Lidahnya kelu untuk berbicara, dan juga ia tidak tahu apa yang harus ia katakana sebagai alasan. Bisakan ia memundurkan waktu walau hanya 5 detik saja ? ia akan menjawab –mian, tapi rasanya hambar- tidak bisa ?

“aku masih menunggu”

Suzy mengerjap dan mulai membuka mulutnya. “jika kau sudah tahu, kenapa masih bertanya?” Suzy menahan senyumnya. Tidak menyangka menemukan sisi ini pada diri Myungsoo.

“nah itu dia.. akhirnya keluar juga” ucap Myungsoo dengan puas. Apanya yang keluar ?

Suzy diam, masih menunggu mejelaskan ucapannya.

“pipimu merah. Sejak tadi aku menunggu agar pipimu merubah warna lagi, akhirnya keluar juga rona merah itu.” ucap Myungsoo puas dan diakhiri dengan senyum yang tak kalah puasnya. Ahh,, begitu. Myungsoo kembali menyeruput kopinya, dan terdiam sebentar.

“dan Suzy, bisakah kau membuatkan kopi yang layak untukku ? rasa kopi inin benar benar mengenaskan” gerutu Myungsoo seraya mendorong cangkir kopi itu manjauh.

“begitu juga rasa teh ini” balas Suzy yang disetujui Myungsoo dengan senyuman tulus beserta anggukan kecil.

 

***********

Myungsoo melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi, mengeringkat rambut basahnya dengan handuk kecil berwarna coklat. Ia berjalan ke arah ranjangnya, dan melihat setelan pakaian yang telah disiapakan Suzy untuk dipakainya hari ini.

Suzy masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan membuat Myungsoo menoleh ke arah pintu kamar. “arrgghh” jerit Suzy tertahan ketika menyadari Myungsoo topless (?) belum mengenakan kemejanya. Dan kejadian kecil itu mau tak mau membuat Myungsoo tersenyum melihat tingkah konyol gadis itu. lihatlah, rona merah itu muncul lagi.

Suzy berbalik dengan cepat dan menundukan kepalanya tepat setelah ia menutup pintu. Menghembuskan nafas yang entah sejak kapan ia tahan. Ia tidak tahu jika Myungsoo sedang berganti pakian. Sungguh. Ia hanya ingin bertanya apakah Myungsoo akan pulanh cepat mala mini atau tidak ? umma menyuruh mereka untuk makan malam di sana. Tidak sengaja.

Suzy terdiam lalu tertawa kecil. Bodoh, kau istrinya, kenapa kau takut begitu? Sebuah pikiran melintas dipikirannya dan membuat kedua pipinya terasa panas. Seditik kemudian ada pemikiran lain yang terlintas begitu saja di pikirannya, benar. kau memang istrinya, istri diatas kertas putih dengan tinta hitam yang hanya diketahui kalian berdua. Dan tawa kecil itu hilang sekejap bersamaan dengan rona merah di pipinya yang juga hilang.

Dan seketika itu juga pimikirannya kosong. Tidak tahu opsi mana yang harus dipilihnya? Yang pertama atau yang kedua? Dua opsi itu berbanding terbalik. Opsis pertama membuatnya tersenyum dan senang pada kenyataan itu, sedangkan opsi kedua mengharuskannya kembali pada fakta. Ia bukan putri dari dongeng dengan cerita kisah cinta indah. Tapi setidaknya ia bisa mencintai dengan tulus hati, walaupun ceritanya mengenaskan, bukankah begitu ?

Suara kenop pintu dibalik suzy menyadarkan dirinya dari lamunan. Dan wajah cerah Myungsoo terlihat saat itu, Suzy menatap dasi yang belom terpasang itu, hanya diselempangkan diantara leher Myungsoo tangan Suzy terangkat dan membenarkan dasi itu. ia menundukk, ia sudah hafal diluar kepala bagaimana caranya mengikat dasi, ini tugasnya setiap hari. Ia tidak berani mendongak untuk menatap Myungsoo yang juga menunduk untuk melihat wajah Suzy dari atas.

“jadi umma mengajak kita makan malam di sana? Baiklah, katakan ‘ya’ pada umma. Aku akan pulang lebih cepat.”

“keure ? baiklah, ahh.. kopimu ada di meja makan. Aku akan membereskan kamar sebentar” Tanpa menunggu jawaban dari Myungsoo, ia mendesak masuk ke kamar, sehingg badan Myungsoo tergeser sedikit.

“tunggu” Tangan Myungsoo menahan siku Suzy dengan cepat, dan membuat gadis itu berbalik ke arahnya, tapi pasang mata itu tidak menatapnya, masih menunduk menatap jemari-jemari tangannya yang seling meremas satu sama lain.

Myungsoo menunduk dan mendekat ke arah Suzy, dengan cepat bibir Myungsoo menempel di pipi kanan Suzy, dan pada waktu yang sama Suzy memejapkan matanya dengan erat, dan kedua alisnya berkerut hebat. Ia tidak berani menatap Myungsoo. Bukan tidak berani, tetapi tidak bisa

Bukan maksudnya untuk memejamkan mata. Itu seratus persen refleks. Dan ia memejamkan mata bukan untuk menikmati bibir Myungsoo yang tertempel di pipi kanannya itu. ia tegaskan sekali lagi, itu rekleks. Kalian percaya, bukan ?

“pipimu merah” ucap Myungsoo setelah mengamati perubahan wajah suzy. Walaupun gadis itu menunduk, ia masih bisa melihat dengan jelas rona merah favouritenya itu.

Kedua telapak tangan Suzy terangkat menyentuh kedua pipinya dengan erat. “ahh.. keure?” tanpa menunggu Myungsoo membuka mulut, ia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu itu.

Jantungnya berdetak terlalu cepat. Ini tidak normal. Mungkin ia harus pergi ke rumah sakit nanti. Tapi rumah sakit mana yang dapat membantunya? Apakah mereka mempunyai obat untuk penyakitnya yang satu ini? Karena setiap ia berada di dekat namja itu, dan setiap Myungsoo melakukan pergerakan kecil berupa setuhan atau semacamnya, jantungnya berdetak terlalu cepat. Jadi ia harus membawa obat itu ketika ia berada di dekat Myungsoo.

Tapi sayangnya, tidak ada rumah sakit yang bisa membantunya, dan butiran obat yang dapat memperlambat detak jantungnya jika ia berada dekat dengan namja itu.

Lalu, apa yang harus ia lakukan ?

**********

Sulli keluar dari taxi setelah memberika uang ke supir taxi itu. ia manatap puas bangunan rumah yang penuh dengan tanaman ini. Jadi ini ? baiklah, ia tidak perlu sambutan, ia hanya sebentar saja. Tidak sampai lima menit, ia akan keluar dari rumah ini.

Sulli melangkahkan kakinya dengan bangga memasuki rumah itu, gerbang yang terbuka memudahkannya untuk masuk ke rumah ia. Ahh ini mobilnya. Dia masih belum berangkat. Baguslah, ia tidak terlambat. Sulli mengetuk pintu itu tiga kali, dan pintu terbuka. Dipasangnya senyum semanis mungkin. Ia tidak pedulu jika yang membuka pintu itu istrinya. Terserah, ia tidak peduli. Yang ia perlukan hanya Myungsoo.

oppa.. I miss you” ucap Sulli begitu Myungsoo muncul dihadapannya.  Memeluk namja itu, tanpa rasa takut dan penyelasan. Namja ini dulu, sekarang, dan seterusnya adalah miliknya. Ia tidak akan sudi untuk membagi namjanya dengan yeoja manapun, termasuk istrinya.

Myungsoo sedikit terkejut ketika membuka pintu dan mendapati sulli berdiri di hadapannya. Ia bahkan belum menjawab sapaan gadis itu, tapi Sulli telah memeluknya erat. Ia tidak tahu apa maksud dari kedatang gadis ini, yang jelas ia tidak suka jika Sulli sampai nekat seperti ini. Dan juga, bagaimana jika Suzy melihatanya? Ia tidak ingin gadis itu sedih. Tidak ingin.

oppa, temani aku shopping. Aku memerlukan dress untuk acara ulang tahun temanku. Kkaja…” tangannya ditarik secara paksa dan manja oleh gadis itu. ia harus menolak, bukan?

“Sulli-a, oppa harus kerja. Kau bisa membeli sendiri, bukan?” suara Myungsoo terdengar sabar, dan tidak ada kemarahan di suara itu walaupun sikap Sulli yang sangat menyebalkan baginya.

“andwae, aku tidak ingin jika tidak bersama oppa. Kkaja oppa..” Sulli merengek dan menghentakan kakinya berulang kali. Lihatlah sikap manjanya. Myungsoo hanya diam, dan berharap Suzy masih ada di dalam kamar. Itu harapannya di pagi hari itu. hanya itu, dan semoga saja terkabul.

Sulli menjetikan jarinya. Dan sinar bahagia tersirat di wajah cantiknya “ahh, mungkin oppa belum menerima morning kiss, jadi tidak mau menemanikukan oppa?, seharusnya oppa katakan itu daritadi.” Myungsoo memandangnya heran dalam diam. Tidak mengerti apa yang dimaksud gadis itu, tapi Sulli tidak ingin menjelaskan dalam kata-kata, dalam tindakan.

Sulli berjinjit sedikit seraya memejamkan matanya, dalam hitungan detik bibirnya menempel tepat di bibir Myungsoo yang hanya diam. Tidak menolak, dan juga tidak menerima. Hanya dia diam dan menatap Sulli yang memejamkan matanya dengan padangan kosong. Kenapa kau berubah? Mana Sulli yang ramah dan menyenangkan yang aku kenal dulu? Kenapa menjadi Sulli yang manja, dan pemaksa seperti ini?

Sulli menarik bibirnya dari bibir Myungsoo. Senyum tipis terukir di wajahnya. “sekarang kau menemanikukan oppa ?” Sulli menarik tangan Myungsoo dan Myungsoo hanya menurut. Membiarkan gadis itu menariknya. ia tidak sedang berpikir, pikirannya meluap begitu saja.

“ah.. oppa. Kau sudah bawa kunci mobilmu, kan? Dan bagaimana kalau kita dinner di restaurant dekat pantai favourite kita? Ya ? ya? Ya?”

“hemmm”

Sulli melirik kebelakang. Bukan untuk melihat Myungsoo yang berjalan terseret di belakangnya. Bukan itu, ada pemandangan lebih menarik yang tidak ingin ia lewatkan.

Kau lihat? Kau melihatnya dengan jelas bukan? dengan mata kepalamu sendiri, bukan? Kim Myungsoo adalah milikku. Selamanya. Lebih baik kau pergi dalam hidupnya. Bae Suzy.

************

Suzy melihat taxi yang berhenti di depan rumahnya melalui jendela yang ada di kamar mereka. Seorang gadis cantik keluar dari taxi itu, dan langsung melangkahkan kaki memasuki rumahnya.

“siapa dia?” gumam Suzy seraya berjalan ke arah pintu kamar. Ia mendengar suara ketukan pintu, dan ia mempercepat langkah kakinya sampai ia mendegar suara nyaring yeoja tadi.

oppa.. I miss you” suara itu membuat kedua kakinya berhenti, dan mundur secara teratur. Bersembunyi rak buku yang ada di ruang tamu itu. dipasang kupingnya. Ahh, Dia Sulli, bukan ? cantik sekali.

Ia tetap berdiri di sana, dan mengamati melihat dua orang itu dalam diam. Hatinya sakit, sakit melihat Sulli memeluk Myungsoo dengan mudahnya. Sakit melihat Myungsoo yang tidak menolak, dan sakit pada kenyataan bahwa dirinya cemburu.

Detak jantung dan nafasnya itu teratur, berulang kali ia menahan nafas melihat pemandangan itu. tentu saja, pemandangan yang tidak ia ingin lihat, tapi ia harus melihatnya. Ia lebih baik kembali ke kamar dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Ya, lebih baik seperti itu. tapi kedua kakinya kedua kakinya menolak untuk bergerak. Kakinya seperti terpaku sehingga tidak dapat digerakan sesuai keinginannya.

“oppa, temani aku shopping. Aku memerlukan dress untuk acara ulang tahun temanku. Kkaja…” senyum getir terukir di wajah pucat Suzy. Shopping? Ia bahkan tidak pernah terbesit pikiran untuk meminta Myungsoo menemaninya shopping. Tunggu.. memangnya siapa dirinya sehingga Myungsoo harus menemaninya shopping? Jelas saja jika Sulli meminta Myungsoo untuk menemaninya. Ia kekasih Myungsoo, dan Suzy di sini sebagai orang ketiga, bukan?

“Sulli-a, oppa harus kerja. Kau bisa membeli sendiri, bukan?” Suzy tersenyum pahit ketika mendengar suara Myungsoo yang sabar, seolah sedang menerangkan sesuatu pada anak kecil. Penuh perhatian. Ia bahkan baru tahu jika Myungsoo mempunyai sisi ini. Bagaimana ia tahu jika ia jarang berkontak langsung dengan namja itu? baiklah, Suzy sadar siapa dirinya. Tidak perlu mengatakannya lagi. Ia paham, sangat paham.

“ahh, mungkin oppa belum menerima morning kiss, jadi tidak mau menemanikukan oppa?, seharusnya oppa katakana itu daritadi.” Myungsoo hanya diam, tidak membalas perkataan Sulli. Suzy ingin melihat bagaimana reaksi Myungsoo. Ia ingin melihat wajah namja itu. ia ingin tahu bagaimana raut muka namja itu ketika senang, Ia ingin lihat senyum bahagia itu lagi, walaupun dengan cara seperti itu. ia tidak apa-apa, ia menerima. Ia pasti akan merasa biasa saja. Sedikit, mungkin sedikit rasa sakit ketika melihat suamimu berciuman dengan yeoja lain dihadapan kalian. Dan ia percaya bahwa rasa sakit itu akan hilang dalam beberapa detik. Ani, hilang dalam sekejap mata. Ia yakin akan hal itu.

Sulli berjinjit sedikit dengan mata terpejam indah, lalu menempelkan bibirnya pada bibir Myungsoo. Satu detik, dua detik. Cukup. Suzy palingkan pandangannya dari dua orang itu. ia paksakan kedua matanya untuk tidak memandang dua orang lagi, Walaupun ia ingin tahu apa yang Myungsoo lakukan, apa yang Myungsoo rasakan, apa ini yang Myungsoo inginkan, dan bahagiakah Myungsoo dengan hal ini. Itu saja.

Ia menjauh dari rak buku, semakin masuk ke dalam bagain rumah dan secara otomatis menjauh dari dua orang itu. Samar-samar ia mendengar Sulli berbicara, entah apa yang ia bicarakan. Ia tidak dengar, otaknya tidak berfungsi dengan baik untuk memproses apa yang daun telingganya tangkap. Dunianya seolah gelap, degup jantungnya berkerja 2 kali lipat lebih cepat dari yang semula. Bedanya, rasanya pahit dan sakit. Sesuatu yang tidak kita inginkan mengganjal di sana. Sesuatu yang membuat hatinya sakit. Sesuatu yang ia percaya, ia dalam menghilangkan dalam sekejap mata, bukan detik lagi. Mungkinkah sesuatunya itu, perasaan cemburu?

Entahlah, sepertinya rasa cemburu itu mengeras, dan memapadat. Sehingga butuh waktu lama untuk dihilangkan. Seharusnya, sebelum perasaan itu mengeras, ia harus menghilangkannya, memusnahkannya hingga tak tersisa, hingga ia tidak lagi harus menerima kenyataan pahit. Seharusnya begitu. Ini salahnya, ini salahnya karena membiarkan rasa cinta itu tumbuh tanpa ia sadari, sehingga menumbuhkan benih rasa baru. Cemburu.

Ia tidak tahu apa yang Myungsoo rasakan, dan inginkan. Tapi ia harus mengetahui sesuatu yang jawabannya ada pada dirinya sendiri. Bagaimana perasaannya saat ini? Hancur. Bukankah kau bilang perasaan sakit itu akan hilang dalam sekejap mata? Kukira seperti itu.

Dam sekarang ia tahu bagaimana rasanya jatuh dari langit dengan tingkat yang paling tinggi, lalu menyentuh tanah yang paling dasar? Menyakitkan.

-TBC-

60 pemikiran pada “On the paper *part 2*

  1. Kasihan bgt suzy :(..please myungsoo buka mata km..part slanjut bikin myung bner2 jatuh cinta sma suzy thor..dan muak sma suli..tambahin dong cast namjany yg peduli sma suzy..biar myung nnti cemburu gt..biar seru thor..hihihi

  2. benar 2nyesek deh bacanya…
    suzy yg sabar y..
    myungso memang menyebalkan, g bs tegas kasih harapan buat sulli jg suzy…
    di next partnya, semoga g lama….Amin.
    ^_^

  3. Yah, Suzy kasian… Padahal Myungsoo nya udh mulai perhatian gitu… Sullinya menyebalkan ihhh…
    Setelah nunggu sekian lama *mendramatisir. Akhirnya muncul jga lanjutannya….
    Ditunggu end part nya ya thor, dan jangan lama2 yaaaaa *ceritanya maksa

  4. nyesek asli!!
    ya ampunn,, kesian suzy, sulli babo!! aish~
    pertamanya senyum2 sendiri pas myungsoo perhatian banget sama suzy, eh tapi itu cuma bentar..
    myungsoo babo!!
    pokonya myungzy harus bersatu, harus..!!
    chingu, lanjutkan!!
    fighting!!

  5. hiks. . .hiks. . .hiks. . .kshn bgt uri maknae. Myung oppa tanggung jwb udh nyakitin suzy.

    Perasaan itu ada.tp blm dia sadari.hhihi.

    Cingu fighting. . .

  6. Huaaa sedih bgt,,suzy lg sakit,tp dya hrs mnyaksikan pmandangan spt itu,

    sulli keterlaluan,
    myungsoo,myungsoo knp gk ngelawan?, arrrghhh…nyesek bgt sumpah, kasian suzy… 😥

  7. Aduh… Sakitnya hatiku…
    Suzy-ah, aku jadi ikut ngerasain sakit hatimu itu.. Author daebbakkkk!
    Kayak mau nangis tapi sesak banget rasanya, berat juga.
    Tapi aku masih penasaran gimana nanti Myungsoo jadi sama Suzy.
    Dia udah mulai punya rasa buat Suzy tuh.
    Aku tunggu banget lanjutanya ya author…. 🙂 Fighting!

  8. huhuhuhh….. 😥 suzy sabar yah… sulli nih udah tau myungzy udah nikah masih dideketin ajah.. menurutku bukan suzy yg org ke3 tapi si sulli,, huh 😛

  9. Hah ceritanya menghanyutkan.. Seakan-akan reader yang membaca melihat langsung peristiwa dalam cerita..
    Hmm sedikit saran mungkin bisa diperhatikan lagi beberapa pemilihan kata dalam sebuah kalimat 🙂

Tinggalkan Balasan ke oliph Batalkan balasan