[ Freelance ] You’re my rose

red-rose

Title                      : you are my rose
Author                  : @echa_audria
Cast                     :

  • Byun Baek Hyun (Exo-K)
  • Bae Suzy (Miss A) as Rose

Rate                     : PG-17
Genre                   : Romance
Summary             :“baek hyun.”

“emm.”

“aku muncintai mu.” bisik rose.

“aku tau.” Jawab ku.

A/N : cerita di ff ini diambil dari 50% mimpi, 30% khayalan, 20%-nya terinspirasi dari lagu and film. Jadi kalau agak gak masuk akal tolong di maklumi ya..

So, happy reading. 😀

***

Dulu saat sedang ingin mencari ketenangan, aku lebih suka berada di halaman belakang rumah ku yang di sulap ibu jadi taman bunga penuh dengan mawar. Entah kenapa aku suka berada di sana, menatap ibu ku menyusun mawar-mawar kesayangannya sesuai jenis dan warnanya.

Aku tak mengerti masalah mawar, tapi aku sungguh suka

memperhatikan setiap gerak-gerik anggun ibu ku memperlakukan mawarnya dengan lembut. Aroma taman belakang kami sungguh menyenangkan, membuat siapa saja yang ada di sana rileks. Ibu selalu jadi ahli mawar terbaik di mata ku.

Tapi saat ini, aku tidak sedang menatap punggung ibu ku yang memperlakukan seluruh mawarnya dengan special.

Dia orang lain, seorang gadis muda yang bahkan secara fisik sama sekali tak mirip ibu ku. kini ia lah yang merawat mawar-mawar berharga ibu ku.

Gadis yang tak pernah ku tau siapa namanya. Aku memanggilnya Rose karna kurasa nama itu cocok untuknya, Rose si gadis bisu yang ku selamatkan dari orang jahat di sudut gang buntu terpencil di daerah pertokoan 6 bulan lalu di pertengahan musim gugur.

Bukan tanpa alasan aku menyebutnya bisu, ia tak pernah berbicara, ia dapat mendengar ku dan merespon setiap ucapan ku dengan baik, hanya saja aku tak pernah mendengarnya berbicara. Mungkin ia kehilangan suaranya  karna trauma, seperti yang ada di drama-drama.

Ia hanya mengangguk atau menggelengkan kepala setiap ku tanya. Bahkan terkadang ia juga tersenyum saat aku melakukan sebuah kebaikan padanya.

 

Flashback

“aku byun baek hyun. Dan, Siapa nama mu ?” ku tanya gadis yang duduk menyudut pada dinding dingin gang pertokoan.

Gadis itu hanya meringkuk dan memeluk ranselnya dengan takut, seolah aku akan menyakitinya.

“tidak, aku bukan orang jahat. Sungguh.” Ku angkat tangan ku bersumpah di hadapannya.

Lagi pula, mana boleh ia menuduh ku sebagai orang jahat sementara aku baru saja menyelamatkannya dari orang jahat yang sesungguhnya.

Gadis itu menilikku dari balik bulu matanya yang lentik, dia memiliki garis wajah sempurna dan mata yang juga indah.

“kau harus pulang nona. Di jalan sungguh tak aman.” Jelas ku padanya.

Kulihat ia masih meringkuk ketakutan. Baiklah, mungkin aku memang membuatnya takut. Jadi ku putuskan untuk meninggalkannya sendiri.

Baru aku beranjak pergi, gadis itu menarik ujung mantel ku. Aku sedikit terkejut melihat tingkahnya yang bagi ku cukup berani.

“waeyo ?” ku tatap tangan dan wajahnya bergantian.

Ia menunduk malu, ku lihat ia mengalihkan tangannya ke perut.

“kau lapar ?” tanya ku mencoba menebak.

Gadis itu mengangguk pelan.

Kulihat gadis di depan ku dengan penasaran, sedari tadi tak kulihat ia mengeluarkan suara. Bahkan saat ia di ganggu orang jahat tadi sekali pun.

“apa kau bisu ?” tanya ku tanpa basa-basi. Aku tau itu tak sopan dan terdengar sangat kasar, hanya saja ia sungguh membuat ku berfikir dirinya bisu.

Gadis itu menatapku datar, lalu kemudian mengangguk.

“sudah ku duga.” Gerutuku.

“apa kau tersesat ?” tanya ku lagi.

Gadis itu menggelengkan kepalanya.

“lalu ? kau ini sebenarnya mau kemana ?”

Kulihat gadis itu terlihat bingung, kulirik ransel besarnya. Jika tak salah menebak, kurasa ia baru saja kabur dari rumah.

“apa kau kabur dari rumah.” Tebakku.

Ia tersentak kaget. Ah, kurasa tebakan ku benar lagi.

“ahh, aku tak bisa membawa mu bersama ku.” aku mundur perlahan. Ia mendekat kearah ku, aku mundur lagi dan gadis itu tetap maju mendekati ku.

“sungguh, kau tak bisa ikut dengan ku.” kutarik diri ku lebih jauh lagi darinya.

Gadis itu menatap ku dengan datar. Aku berbalik meninggalkannya, sesekali aku melihat kebelakang . kulihat gadis itu masih berdiri mematung menatap kepergian ku, ia tak bergerak atau pun beranjak dari tempat itu.

Cukup jauh aku berjalan sebelum akhirnya aku kembali pada gadis itu lagi. Aku tak tega melihatnya seperti anak kucing yang di buang majikannya di pinggir jalan. Gadis lemah ini pasti akan jadi sasaran empuk para penjahat dan berandalan di jalan. Jadi tak apakan, kalau aku yang memungutnya.Aku bisa menyuruhnya mengisi kamar orang tua yang telah lama kosong.

***

Kubawa gadis itu kerumah ku yang sepi bagai kuburan ini. Sebenarnya bukan hanya sepi, rumah ku juga agak sedikit berantakan.

Ku suruh gadis itu duduk di sofa hitam ruang tamu sementara aku mengambilkannya air minum.

Saat kembali kulihat ia sudah berdiri menatap figura yang tersusun rapi di atas lemari kecil tempat hiasan-hiasan Kristal di pajang. Ia mengangkat sebuah figura dengan aku, ibu dan ayah ku didalamnya. Foto keluargaterakhir kami, kira-kira setahun yang lalu.

“itu ayah dan ibu ku.” jelasku.

Gadis itu tersenyum lalu menatap ku dengan alis terangkat. Kurasa ia sedang bertanya di mana kedua orang tua ku berada sekarang.

“mereka sudah meninggal.” Kurasakan suara ku tiba-tibamenjadi parau.

Aku tak suka menceritakannya, dan kurasa gadis ini juga tak ingin aku melanjutkan cerita ku. ia meletak-kan figura yang ada di tangannya ketempat semula. Ia meraih gelas berisi air minum dari tangan ku.

Tangannya lembut, bisa ku rasakan dengan jelas saat ia mengambil gelas yang ada di tangan ku. ia berjalan dengan santai di dalam rumah ku. melihat-lihat seluruh ruangan dengan penasaran dan aku tak marah karnanya.

Akhirnya ia berjalan kearah taman belakang rumah ku, ku ikuti ia dari belakang. Di sana tak ada lagi Bunga mawar indah merekah. Semua Bunga indah itu telah mati, ku rasa.

Gadis itu mendekati tanaman-tanaman mawar ibu yang sudah mati itu. ia memutar tubuhnya berkali-kali seperti sedang mencari sesuatu. Kulihat ia berjalan kesamping rumah dan kembali membawa sarung tangan, skop dan juga sekantong pupuk, mungkin.

Ia mulai mencongkel-congkel tanah yang ada dalam pot berisi mawar yang telah mati itu. aku tak menegurnya. Ku biarkan ia melakukan apa yang ia mau, lagi pula aku sudah lama tak melihat seseorang mengurus taman ini.

Angin berhembus meniup rambut hitam panjangnya, ku lihat ia sangat serius menekuni perkerjaannya. Ia melakukan segalanya dengan cekatan, ia juga meletakkan pot-pot mawar itu dengan hati-hati. Sama seperti yang ibu ku lakukan pada mawar-mawarnya yang berharga.

“rose.” Guman ku tiba-tiba.

“ya, rose.”Gadis itu mengalihkan pandangannya, menatap ku bingung.

“mulai sekarang, aku akan memanggil mu rose.”kataku.

Ia mengerjapkan matanya menatap ku, hingga akhirnya ia tersenyum dan mengangguk setuju dengan nama barunya.

Saat menatapnya aku tak bisa tidak mengagumi dirinya, rambut hitam panjang, mata indah, lekuk tubuh sempurna, wajah cantik menawan dan pipi serta bibirnya yang merah merona seperti warna salah satu mawar ibu ku.

-End flashback-

Sekarang rumah ku selalu tertata sangat rapi, bersih dan sempurna, tidak seperti dulu. aku duduk di meja makan sambil mengerjakan tugas-tugas kuliah ku. sementara rose menyiapkan makanan untuk kami.

Rose sekarang sudah menjelma menjadi ibu untuk ku, ia menyiapkan semua kebutuhanku seperti yang dilakukan ibu ku.

Oh ! bibi ku bahkan sangat menyayangi rose di banding aku yang keponakannya sendiri. awalnya bibi menentang habis-habisan keputusan ku membiarkan rose tinggal bersama ku. aku bisa memahami ketakutan bibi, tapi saat ku jelaskkan perlahan-lahan. Akhirnya bibi mengerti dan mengijinkan rose tinggal dengan ku.

Ya, walau pun pada akhirnya tiap minggu bibi rutin mengunjungi kami.

Notebook ku menutup tiba-tiba, kulihat tangan rose berada disana. Diatas notebook ku.

“argghh, sedikit lagi. Sedikit lagi selesai rose.” Keluh ku.

Tapi rose tak menghiraukannya, ia menyingkirkan notebook dari hadapan ku dengan cepat dan menggantinya dengan mangkuk terisi penuh dengan nasi.

“tinggal sedikit lagi.” Rengek ku.

Rose menatapku kesal, lalu menyuapkan sesendok nasi kedalam mulut ku. Kemudian ia berjalan kearah kursi di hadapanku dan duduk manis disana sambil menikmati makanan yang ada di hadapannya. Aku tersenyum melihatnya.

“kau mirip ibu ku.” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut ku. aku bahkan sedikit terkejut karnanya.

Rose menghentikan gerakannya, ia menatap ku.

“ku rasa aku merindukan ibu ku.” ucap ku jujur.

“aku juga merindukan ayah ku, seandainya mereka masih disini.” Aku mulai menyesali kecelakaan yang menimpa orang tua, hingga membuat mereka meninggalkan ku selamanya.

Rose meletakan potongan kecil ikan di dalam mangkuk ku. bisa kulihat ia mencondongkan tubuhnya dengan susah payah.

Aku hanya tersenyum melihatnya.

“gomawo.” Ucap ku.

Rose hanya tersenyum, lalu kembali melahap makanannya.

***

Tak terasa aku telah melewati 3 musim bersama rose, sekarang sedang musim semi. Aku berfikir untuk mengajaknya piknik setelah dapat masa libur kuliah yang lumayan panjang. Aku menjadwalkan piknik kami di awal-awal bulan april, dan rose juga menyambutnya dengan antusias.

Ia menyiapkan seluruh keperluan kami sejak jauh-jauh hari. ia juga merawat mawar-mawar ibu ku dengan baik sebelum kami pergi piknik. Ku rasa piknik bukan kata yang cocok untuk ini, mungikin liburan lebih tepat.

Aku mengajak rose pergi kepulau jeju, saat musim semi di pulau jeju bunga canola sedang mekar. Tentu saja itu akan sangat indah sekali, dataran jeju akan berwarna kuning karnanya. Dan aku ingin rose melihatnya.

“kau suka ?” tanya ku pada rose saat kulihat ia menatap hamparan bunga canola dengan takjub.

Ia mengangguk dengan mata yang masih terbelalak.

“berdiri lah disana, aku akan memotret mu.” kusuruh rose berdiri di tengah hamparan bunga canola yang indah.

Rose tak membantah, ia bahkan berlari dengan riang ketengah hamparan bunga canola. Ia tersenyum lepas saat aku memotretnya. Rose terlihat lebih cantik di banding hamparan bunga canola yang jadi latar fotonya.

Aku mengambil banyak foto rose dengan berbagai pose. Ia berjalan kearah ku, merebut kamera dari tangan ku. ia memautkan tangannya di tangan ku, tersenyum manis dan mengambil foto kami berdua.

Orang-orang yang melihatnya, mungkin akan berfikir kami adalah sepasang kekasih. Tapi kami bukan pasangan, mungkin lebih tepatnya belum.

Aku tak memungkiri kalau aku menyukai rose. Kami selalu bersama selama hampir 7 bulan ini, jadi tak aneh jika aku menyukainya.

Ku rasa aku hanya belum memiliki kesempatan yang tepat saat itu.

Mungkin hari ini lah saat yang tepat itu.

***

“rose.” Kata ku dengan lembut.

Rose memiringkan kepalanya seperti kucing yang penasaran.

Aku bergerak resah.

“emmm, ku rasa aku menyukai mu.” ucap ku pada rose. walau pelan, aku yakin ia mendengarnya.

Rose terdiam membatu, dan saat aku memberanikan diri menatapnya, ia mengalihkan pandangannya dari ku.

“apa kau tak menyukai ku ?” tanya ku, setelah sadar rose tak berani menatap ku lagi.

Rose tak memberi respon apa-apa, tidak mengangguk atau pun menggeleng. Ia hanya menundukan kepalanya, meremas dress putih dengan corak bunga berwarna biru indahnya.

“apa aku mengatakan hal yang tak seharusnya ?” mendadak aku jadi berdiri dengan tegak di hadapan rose.

Kulihat ia mengigit bibir bagian bawahnya seolah tengah menimbang-nimbang setiap kata yang keluar dari mulut ku.

“ah, sebaiknya lupakan saja. Kita kan kesini untuk liburan, jangan biar kan hal ini mengganggu liburan kita. Aku hanya ingin mengatakan perasaan ku saja, hanya itu. sungguh.” Aku mencoba menjelaskan maksud ku pada rose.

Ku amati hamparan bunga canola yang ada di depan ku, aku mulai merasakan tatapan rose tertuju lurus pada ku. dan kupastikan aku tak akan berani membalas tatapannya itu.

Rose mendongak menatap ku dan tersenyum.

Oke, baiklah. Sekarang aku mulai tergoda untuk kembali menatapnya, sebenarnya hanya sekedar ingin tau apa tanggapannya tentang pernyataan ku tadi.

Tangan hangat rose menyentuh bahu ku lembut. Ia memeluk ku dan sesaat kurasakan kami berdiri ditengah sunyinya dataran bunga canola.

Rasanya aku tau maksudnya ini.

“kau juga menyukai ku ?” tanya ku sedikit ragu. Aku mundur selangkah agar bisa melihat wajah rose.

Ia kembali menunduk, ada rona merah di pipinya. Kurasa ia malu dan itu bukan hal yang buruk, aku bisa mengerti maksudnya.

***

Rose selalu membuat ku merasa ibu masih ada di sisi ku. terbukti di saat ulang tahun ku, ia menyiapkan sebuah pesta kejutan kecil di tengah malam. Ia membawakan sebuah kue coklat kecil yang cukup kami makan berdua dengan sebuah lilin menyala di tengahnya.

Persisi seperti ibu ku.

Setiap ulang tahun aku selalu membuat permohonan. Dan kali ini aku hanya meminta agar rose bisa selamanya berada di sisi ku. cukup hanya rose untuk saat ini.

***

Memasuki musim panas rose semakin sibuk dengan taman mawar peninggalan ibu ku. rose menyiraminya dan memberinya pupuk secara teratur.

Aroma taman ini, sama persis saat seperti ibu ku masih ada. Rose merawatnya dengan baik. Bahkan terkadang ku rasa ia melupakan ku jika sudah sibuk berurusan dengan para mawar itu.

Aku berjalan menjingkit kearah rose yang sibuk dengan mawar-mawarnya. Ku peluk ia dari belakang sehingga ku rasakan rose memekik kaget dalam pelukan ku.

“kau terkejut ?” tanyaku.

Rose mengangguk pelan, ia masih memegangi semprotan di tangannya.

“kau melupakan ku rose.” Keluh ku.

Ia melepaskan diri dari pelukan ku, meletakkan semprotan mawar dari tangannya. Ia memegangi wajah ku, menatap mata ku seolah ia sedang bercermin disana. Ku amati setiap helai rambut hitam panjang rose yang tertiup angin.

Ia semakin cantik jika di lihat lebih dekat.

“aku mencintai mu.” bisik ku di telinga rose. Membuat rose tertawa cekikikan seperti anak bayi, bisa kudengar suara indahnya di telinga ku. walau ia tak pernah berbicara, aku yakin suaranya pasti sangat indah.

Aku tetap terfokus pada wajah rose, ku kagumi segala yang ada padanya. Ia selalu tersenyum bahagia dengan hal-hal kecil yang ku lakukan atau ku berikan padanya dan itu membuat ku juga ikut masuk dalam lingkaran kebahagiannya.

Ku hela nafas panjang, ku condongkan tubuhku lebih dekat dengan rose dan menekankan dahi ku pada dahinya. Ku pejamkan mata ku, mencoba menghirup lebih banya kebahagaian hari ini. Ku rasakan bulu mata rose yang lentik menyentuh pipi ku.

“bisakah seperti ini selamanya.” Bisik ku padanya.

Bisa ku rasakan saat ini rose sedang tersenyum dan mengangguk pelan. Ku balas senyumannya tanpa harus membuka mataku.

Rose mundur perlahan mencoba lepas dari ku, tapi tentu saja aku tak membiarkannya.

Kutarik lagi rose mendekat, ku angkat dadunya agar aku bisa langsung  melihat lebih jelas mata indahnya. Aku membungkuk dan mencium rose dengan lembut tepat di bibirnya.

Kulihat rose mengerjapkan matanya, terkejut. Wajahnya memerah saat menatap ku.

Oke, kurasa wajah ku pun tak jauh berbeda dengannya.Hampir 4 musim ku lalui bersama rose dan hal itu tetap terasa selalu berbeda di hari berikutnya dan berikutnya lagi. Rose memang tak bisa berbicara, tapi gerak-geriknya selalu bisa ku mengerti.

***

Langit tampak kelabu, tetes-tetes air dari langit turun membasahi bumi. Aroma tanah yang lembap mengeluarkan kesegarannya tersendiri untuk di hirup.  Hari ini rose tak menyiram mawar-mawar ibu seperti yang biasanya ia lakukan, sebab langit sudah melakukan tugasnya lebih cepat.

Aku duduk di sofa hitam menatap keluar dengan rose di dalam dekapan ku. aku membungkus rose rapat dalam pelukan ku menjaganya tetap hangat di hawa yang dingin ini. Kurasakan rose memautkan jari jemari kami dengan kikuk.

Ia menatap ku hangat lalu tersenyum sangat manis.

“waeyo ?” tanya ku.

Rose menggeleng pelan, ia membenamkan kepalanya di dada ku. menarik tangan ku untuk memeluknya lebih erat lagi.

“isss, kau seperti anak kucing sekarang.” ucap ku ringan, mencoba menyembunyikan kegembiraan ku dari sikap manja rose.

Rose memang tak mengatakan apa-apa. Tapi aku tau ia bahagia, aku tak butuh penjelasan terperinci darinya untuk mengetahui apa yang di rasakannya saat ini. Semua gerak-gerik yang ia tunjukan bisa ku baca dengan jelas. Ia merasa nyaman bersama ku, sepanjang yang kulihat ia selalu bahagia didekat ku.

Bisakah selamanya seperti ini ?

Aku hanya perlu rose saat ini, bisakah ia bersama ku selamanya ?

Awalnya aku mengira, semua akan berjalan sesuai kehendak ku. Tapi tidak, hidup tak selamanya berjalan sesuai kehendak kita. Hidup selalu memberikan kekecewaan dan menawarkan pilihan-pilihan yang sangat sulit juga menjebak.

***

“kau harus mengembalikan rose pada orang tuanya. Ah, bukan. Maksud ku mengembalikan bae suzy ini pada orang tuanya.” Ucap bibi suatu hari saat ia datang mengunjungi kami lagi.

Kali ini bibi membawa serta selebaran pencarian orang hilang bersamanya.

“kenapa harus ?” tanya ku, ku abaikan selebaran itu. kulirik rose yang duduk merapat pada ku, ia terlihat takut sekarang.

“baek hyun, orang tuanya mencarinya. Kau tak boleh egois dengan tetap menahannya berada disini.” Kata bibi mulai menekanku.

Ku genggam tangan rose.

“apa kau ingin kembali pada orang tua mu dan meninggalkan ku sendiri disini ?” tanya ku, sebenarnya saat ini aku sedang menghasutnya. Aku tak rela rose meninggalkan ku. aku ingin ia terus berada di sisi ku, hanya itu tak ada yang lain.

Rose melirik ku dan bibi dengan takut, kemudian ia menggelengkan kepalanya. Membuat ku kembali bernafas lega.

“ayolah rose, orang tua mu mencari mu. mereka mencemaskan mu. kau harus pulang.” Bujuk bibi.

“sudahlah bi, rose tak mau pulang. Ia mau bersama ku disini. Tak usah memaksanya.” Aku mulai marah sekarang.

Ku lihat bibi terdiam, ia menatap ku tak percaya.

“kau bersikap egois baek hyun. Kau tak memikirkan rose, kau hanya memikirkan diri mu sendiri.” Ucap bibi lalu kemudian pergi meninggalkan aku dan rose di ruang tamu yang sunyi ini.

Egois ? benarkah aku egoi ? aku tak merasa diriku egois, lagi pula rose tak mau pulang. Untuk apa memaksanya. Ia ingin bersama ku, dan itu tak salah.

Bukan aku yang egois, bibi lah yang sebenarnya tak mengerti.

***

Aku pulang dari kuliah ku lebih cepat dari biasanya, aku juga membeli kan es krim untuk rose. Ku raih knop pintu rumah ku, tidak di kunci. Apa rose lupa menguncinya ? ceroboh sekali.

“rose.” Kupanggil rose untuk menyambut kedatangan ku.

Aku berjalan otomatis menuju taman, tak kulihat rose ada di sana. Kaki ku mulai melangkah lagi kearah dapur, rose juga tidak di sana.

Baiklah, sekarang aku mulai gugup. Dimana rose ? ku cari ia kesetiap sudut ruangan ? dan aku tak menemukannya. Aku kembali ke taman mawar, mungkin rose sedang bersembunyi disana.

Tapi tidak, rose memang tidak ada. Kulihat sebuah pot mawar yang belum selesai pengkerjaannya, rose buka tipe orang yang tak menyelesaikan pekerjaannya jika ingin pergi. Oke, ada yang tidak beres. Ku raih handphone ku dari kantong jaket ku. menelpon seseorang.

“yeoboseo.”

Ah, sudah tersambung.

“bibi, apa rose bersama mu sekarang ?” tanya ku tanpa basa-basi.

“tidak.” Jawab bibi singkat.

“bibi tau dimana dia ?” tanya ku panic.

“baek hyun, kau harus merelakannya. Dia harus bersama orang tuanya.” Ucap bibi sedikit melemah.

“hah ?” aku sedikit tidak mengerti maksud bibi. Lagi pula, Kenapa bibi bersikap biasa saja saat rose hilang ? bukan kah ia menyayangi rose ?

“bibi apa kau yang …” belum aku selesai dengan kalimat ku bibi langsung memotongnya.

“ya, aku menelpon orang tuanya untuk menjemputnya di rumah mu. rose harus pul…”

Tutt….

Ku putuskan sambungan telpon dengan bibi, aku berlari keluar rumah. Berlari tanpa arah tujuan yang jelas. Tak tau harus kemana, yang ku tau sekarang aku harus menemukan rose.

Aku terus berlari seperti orang linglung, tak jelas arah mana yang kutuju. Aku tak bisa memastikannya. Aku bisa gila jika tak menemukan rose, aku bisa layu kemudian mati seperti mawar-mawar di taman ibu ku jika tak kembali membawanya pulang.

Aku butuh rose ada di samping ku.

***

Musim kembali berputar, 2 tahun berlalu setelah aku kehilangan rose. Aku tak mati seperti dugaan ku sebelumnya. Aku rawat diri ku sendiri seperti rumput liar di taman mawar ibu ku.

Jangan tanya tentang mawarnya, aku tak bisa menyelamatkan satu pun dari mereka untuk tetap tumbuh hidup. Dan itu bukan salah ku, aku bukan si tukang kebun atau si ahli mawar.

Aku berjalan di tengah musim gugur lagi. Musim dimana aku pertama kali bertemu dengan rose. Musim yang mengawali musim-musim lainnya untuk ku bersama rose, sebelum akhirnya ia menghilang dan tak pernah ku temukan lagi.

Ku amati dedaunan yang menguning serta jingga, sisi jalan setapak di hadapan ku dipenuhi oleh dedaunan yang berguguran. Banyak orang lalu lalang diantara diri ku, mereka tak menghiraukan ku seolah aku tak terlihat disana.

Tapi tak apa, aku juga tak mengharap diperhatikan oleh mereka. aku berjalan melewati deretan toko bunga, ku lihat etalase toko-toko itu tampak seperti taman bunga yang indah. Berbagai karangan bunga di pajang di sana, ada bunga tulip, lily, matahari, bakung, dan yang paling ku kenal, mawar.

Lama aku berdiri di depan toko bunga itu, hingga kemudian aku mengambil langkah berani untuk memasukinya. Baru saja aku menginjakkan kaki di pintu masuk, aku sudah di sambut ramah oleh aroma wangi berbagai bunga segar.

“ada yang bisa kami bantu tuan ?” tanya seorang wanita penjaga toko bunga itu pada ku.

“ahh ?” aku sedikit terkejut dengan sapaan-nya. Kulihat sekeliling ku, toko ini di penuhi banyak pengunjung.

“biar aku lihat-lihat dulu.” ucap ku akhirnya.

Ia hanya tersenyum pada ku dan mengangguk mengerti, tingkahnya mengingatkan ku pada rose. Aku berjalan melihat-lihat berbagai jenis bunga yang tersedia di toko itu. ku sentuh sekumpulan bunga mawar merah yang berembuk ramai di tempat yang di sediakan untuknya.

Ku pilih bunga itu untuk ku bawa pulang, tak akan ku berikan pada siapa-siapa. Aku hanya akan membawanya pulang dan memajangnya di tengah meja makan, mungkin.

Aku berdiri mengantri untuk membayar beberapa tangkai mawar merah ini, ku lihat gadis didepan sudah selesai dengan urusannya. Ia berjalan keluar toko dengan membawa serangkaian besar Bungan mawar pink. Mungkin ada sekitar 30-50 tangkai di dalam rangkaian bunga itu.

Wajahnya tertutup rangkaian mawar yang berada dalam pelukannya.

“terimakasih.” Ucap gadis itu sambil mengambil kembaliannya.

Dan, hei.

Aku mengenal gadis ini, ia berjalan cepat keluar dari toko bunga yang sesak ini. Aku maju dengan cepat, memberikan uang yang ada di kantong ku untuk membayar mawar yang sudah ku pilih.

Aku berlari mengejar gadis itu, ku sentuh pundaknya.

“rose ?” tegur ku dengan nafas yang masih memburu akibat berlari. Ia berbalik.

Gadis ini memang rose, ia menatap ku datar.

“rose, akhirnya aku menemukan mu.” ucap ku dengan nada penuh kemenangan.

Rose tetap diam menatap ku bingung, dari pandangannya terlihat seolah  ia tak pernah mengenal ku. dan itu sungguh membuat ku terluka.

“rose.” Tegur ku lagi.

Rose masih tak bergeming, ia memeluk rangkaian bunga mawarnya erat. Ku rasa saat ini ia takut pada ku, sama seperti pertama kami bertemu dulu.

Aku mundur perlahan, apa sekarang rose kehilangan memorinya tentang diri ku. ku alihkan pandangan ku pada mawar yang baru saja ku beli. Tapi sayang, mawar itu sudah berantakkan. Beberapa kelopaknya terlepas dari tempatnya.

“mianhae.” Ucap ku sambil membungkuk sopan di hadapan rose.

“ku kira kau orang yang ku kenal.” lanjut ku.

Entah apa yang kupikirkan saat ini. Aku hanya berharap gadis ini bukan rose, aku sungguh akan sangat terluka jika rose tak mengenali ku. gadis ini cukup meyakinkan untuk tak mengenal ku.

Aku berbalik membelakanginya, berjalan menjauh meninggalkan gadis itu dengan sejuta kebingungannya. Aku berjalan cukup jauh sebelum akhirnya ku dengar seseoramg memanggil nama ku.

“baek hyun.” Panggilnya ragu. Aku berbalik perlahan, gadis itu memanggil nama ku.

Dia rose. Tapi tunggu, kenapa ia bisa berbicara ?

“byun.. byun baek hyun  ?” ia menyebutkan nama ku dengan takut.

Aku terdiam cukup lama menatapnya tak percaya.

“rose.” Senyum mengambang di bibir ku.

“kau bisa bicara.” Tegurku.

Rose masih memeluk rangkaian mawarnya, kulihat ia juga tersenyum.

“kenapa kau menghilang begitu saja ? kenapa kau tak menemui ku atau menghubungi ku ?” tanya ku tak sabar.

“pelan-pelan baek hyun. Sekarang aku sudah bisa menjawab semua pertanyaan mu. aku tak akan menghilang lagi, janji.” Ucapnya lembut.

Aku suka suaranya, aku suka mendengarnya. Suaranya persis bayangan ku. rose berjalan mendekat kearah ku, mengandeng tangan ku akrab.

“apa kau sudah tau kalau nama ku bae suzy ?” tanya rose penasaran.

“ya, aku tau. Tapi aku lebih suka memanggil mu rose.” Jawab ku jujur.

Rose tertawa cekikikan mendengar ucapan ku. ia mengandengku lebih erat, menatap ku lurus seperti yang biasanya dulu ia lakukan. Apa yang ku bisa sekarang ? aku bahagia. Aku menemukannya lagi, walau perlu waktu yang cukup lama.

Bisakah aku berharap lagi untuk bisa bersamanya ?

“rose.”

“emm.” ia melirikku.

“apa menurut mu kita bisa bersama seperti dulu lagi ?” tanya ku akhirnya.

Ia tersenyum, mengenggam tangan ku.

“tentu, bahkan mungkin bisa lebih dekat dari dulu.” jawabnya.

“ya itu pun kalau kau berani mengambil resiko bertemu orang tua ku.” lanjutnya lagi.

Aku tertawa mendengarnya, berfikir untuk mulai sekarang menabung keberanian ku untuk bertemu orang tua rose langsung.

Rose mendekap rangkaian mawarnya erat. Mawar itu bahkan terlihat tak ada apa-apanya di bandingkan rose. Terlebih lagi jika dibandingkan dengan mawar ditangan ku yang berantakan ini.

Rose-ku, ia lebih cantik dari berbagi macam jenis mawar yang ada di dunia ini.

“baek hyun.”

“emm.”

“aku muncintai mu.” bisik rose.

“aku tau.” Jawab ku.

-The end-

11 pemikiran pada “[ Freelance ] You’re my rose

  1. Wah…. Ceritanya daebak… Jarang2 yg kya gini…
    Pahit manis hidup nya dapet…
    Tapi blom kejawab knapa rose nya gak ngomong pas sama baek hyun nya…

    Ditunggu ff suzy lainnya ^^

  2. Ffnya keren thor tp aku bingung knp suzy pertamany gk mau ngomong sma baekhyun tp pas ketemu lg dia mau ngomong
    But overall ffnya bagus thor, kutunggu ff author yg lain, hwaiting

  3. Finally happy ending, Baek Hyun bisa ketemu lagi ma Suzy 🙂
    tapi ko gak dijelasin knpa Suzy gak ngomong slama tinggal ma Baek Hyun?

    Nice story 🙂
    Ditunggu ff Suzy slanjutnya ^^

Tinggalkan Balasan ke sephiria Batalkan balasan